Model Pembelajaran Project Based Learning PjBL

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pada model-model pembelajaran kita mengenal ada salah satu model pembelajaran, yaitu Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Model Pembelajaran Project Based Learning atau biasa disingkat PjBL. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.


Model Pembelajaran Project Based Learning PjBL

Pembelajaran Berbasis Proyek (Pembelajaran Project Based Learning) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek. Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :
  1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
  2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
  3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
  4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
  5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
  6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
  7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
  8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Baca juga : Konsep Pembelajaran Berdiferensiasi

Peran pendidik atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantara lain berikut ini.
  1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
  2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru.
  3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
  4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti : traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Project Based Learning. Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain sebagai berikut :

1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
  • Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
  • Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
  • Meningkatkan kolaborasi.
  • Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
  • Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
  • Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
  • Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
  • Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
  • Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
  • Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
  • Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
  • Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
  • Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
  • Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
  • Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
  • Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ada beberapa peran bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek, antara lain :

1. Peran Guru
  • Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
  • Membuat strategi pembelajaran.
  • Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
  • Mencari keunikan siswa.
  • Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
  • Membuat portofolio pekerjaan siswa.
2. Peran Peserta Didik
  • Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
  • Melakukan riset sederhana.
  • Mempelajari ide dan konsep baru.
  • Belajar mengatur waktu dengan baik.
  • Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
  • Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
  • Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
Penilaian pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus diakukan secara menyeluruh terhadap Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kunjungi juga : Proklamasi Tonggak Sejarah Perjuangan Indonesia

1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
  • Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
  • Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
  • Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
  • Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
  • Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
  • Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
  • Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
  • Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Demikian, semoga bermanfaat. Mohon maaf akalu ada kesalahan maupun kekurangan dalam penyajiannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sumber Referensi :
  1. Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers. 
  2. Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf (17 Oktober 2011). 
  3. Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf. 
  4. Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf (18 Oktober 2011). 
  5. Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011). 
  6. Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011).
  7. Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA. 
  8. Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010. 
  9. Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institute for Education. 
  10. Research summary: Project-based learning in middle grades mathematics. Retrieved from http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries. 
  11. ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx. 
  12. Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. The Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based Learning, 3(1), 12–43.
EKA IKHSANUDINEKA IKHSANUDIN
Selamat Datang di Blog Pribadi Saya Belajar dan Berbagi. Salam Persahabatan dan Salam Lestari Buana Nusantara dari Karawang, Jawa Barat, Indonesia.
Follow Me : | Google | Facebook | Twitter | Instagram | Youtube |
Terimakasih Sobat, telah berkunjung dan membaca artikel mengenai :
Model Pembelajaran Project Based Learning PjBL
SALAM LESTARI BUANA NUSANTARA
Kampungsawah0703 - Karawang
EKA IKHSANUDIN
EKA IKHSANUDIN
EKA IKHSANUDIN
 
Support : KAMPUNGSAWAH 0703 | EkaIkhsanudin.Net
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Belajar dan Berbagi - All Rights Reserved
BELAJAR DAN BERBAGI - Eka Ikhsanudin
Original Design by Creating Website | Edited by Kompi Ajaib | Blogger by Belajar dan Berbagi